logo safety first Indonesia

PT Safety First Indonesia

Training Need Analysis dalam K3


Hai Teman Safety Pada kesempatan kali ini mimin akan membahas tentang Training Need Analysis dalam K3. Mohon untuk disimak ya !!!

Training atau pelatihan Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan salah satu persyaratan dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PP No. 50 tahun 2012) dan ISO 45001: 2018. Dimana, organisasi harus mengembangkan standar pelatihan bagi seluruh individu di lingkungannya. Hal ini sesuai dengan filosofi IASP (International Assosiation of Safety Professional), pekerja harus dilatih mengenai K3. Pemahaman atau budaya K3 tidak datang dengan sendirinya, namun harus dibentuk melalui pelatihan dan pembinaan. Pelatihan dimaksudkan untuk memastikan pekerja kompeten (termasuk kemampuan dalam hal mengidentifikasi bahaya), sehingga harus dirancang sesuai dengan kebutuhan pekerja.

Sebuah kegiatan training K3 yang dibutuhkan harus melalui proses analisa kebutuhan training (Training Need Analysis) yang baik. Training Need Analysis (TNA) adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang muncul di tempat kerja. TNA juga dilakukan untuk menentukan apakah pelatihan yang diberikan kepada karyawan sesuai atau tidak. (humancapitaljournal.com).

TNA secara umum dilakukan dilakukan dengan 3 tahapan:

Tahap Analisis Organisasi

Kebutuhan/tujuan perusahaan dan pemenuhan aturan yang berlaku. Misalnya perusahannya memiki visi untuk menghasilkan suatu produk berbasis excellent engineering dengan paduan sistem informasi mutakhir. Maka, segala sesuatu baik dari sistem pelaporan harus berbasis sistem informasi.

Jadi dibuatlah “SIM HSE” sebagai aplikasi untuk memudahkan tata cara pelaporan dokumen-dokumen HSE ke Pusat/HO seperti (HSE Daily, Weekly dan Monthly Report). Penyebabnya mungkin karena pelaporan manual dianggap kurang tepat lagi dengan perkembangan zaman dan menghasilkan banyak sampah-sampah kertas dan bisa untuk menghemat biaya.

Karena saya berlatar belakang pendidikan HSE maka saya mencoba mengambil sampel dalam bidang HSE hehehe. Sehingga training yang dibutuhkan adalah terkait Software system informasi tadi yaitu Training penggunaan SIM HSE. Point Pertama selesai. Lanjut ????

Tahap Analisis Pekerjaan dan Tugas 

Pendekatan khusus ini memanfaatkan hasil dari kegiatan analisis jabatan yang harus dilakukan secara khusus. Kegiatan analisis jabatan akan dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan harus berhasil mengidentifikasi ”dimensi dan level kompetensi” yang harus dimiliki oleh pemegang tiap jabatan. Semua elemen kompetensi yaitu: pengetahuan, kemampuan, keterampilan, minat, sikap dan sistem nilai yang diperlukan, harus diidentifikasi dan disebutkan tingkat (level) yang harus dicapai. Nah ini berbicara lebih kepada Departemen yang mana saja sih yang akan dilakukan training SIM HSE, nah jawabannya tentu Departemen HSE

Tahap Analisis Individu

Mengidentifikasi siapa atau karyawan mana yang membutuhkan pelatihan dan pelatihan apa saja yang perlu diberikan. Untuk itu perlu mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki tiap karyawan yang meliputi:

  • Penentuan metode pengukuran kemampuan (pengetahuan, sikap dan tindakan)
  • Penyusunan instrumen pengukuran kemampuan
  • Pengukuran kemampuan di lapangan
  • Pengolahan hasil pengukuran kemampuan
  • Gambaran hasil pengukuran kemampuan

Sejalan dengan pembahasan diatas, karna akan dilakukan pelatihan SIM HSE, maka yang menjadi pertanyaan siapa yang dilibatkan dalam pelatihan ini, apakah Foreman, Derrickman, Welder, ataukah Safetyman? Tentunya yang mendapat pelatihan ini adalah Seorang HSE Officer.

Setelah semua data terkumpul, maka tindakan selanjutnya adalah implementasi dari rekomendasi pelatihan, biasanya dengan cara:

  1. Informal training
  2. Formal training
  3. Off the job Training

Untuk merealisasikan hasil dari TNA, maka ada beberapa prinsip-prinsip dari TNA yang harus diperhatikan:

  • Realistik, artinya Rasional dan dapat dilaksanakan dengan mempertimbangkan kemampuan daya, dana dan sarana serta waktu yang tersedia sesuai dengan tingkat perkembangan program.
  • Sistimatik, artinya Rumusan yang dihasilkan disusun secara teratur, berurutan dan berlanjut. Keterkaitan antara kegiatan yang satu dengan yang lainnya harus jelas, tidak berdiri sendiri dan mengarah pada proyeksi masa yang akan datang.
  • Terarah, artinya Hasil rumusan harus terarah kepada satu tujuan organisasi, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.